Sabtu, 23 Januari 2016

soekarno dan Marhaenisme

Soekarnoisme Indonesia RAYA
17 Januari 2013 pukul 8:22 ·
MENGGALI MARHAENISME AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI INDONESIA BUNG KARNO
Bagi Soekarno ideologi marhaenisme adalah ideologi perjuangan bagi
golongan masyarakat yang dimiskinkan oleh sistem kolonoalisme,
imperialisme, feodalisme dan kapitalisme. Untuk dapat memahami
marhaenisme menurut Soekarno harus menguasai dua pengetahuan.
Pertama : Pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia, dan
Kedua : Pengetahuan tentang Marxisme.
Soekarno berkali-kali menegaskan bahwa siapapun tidak dapat memahami
marhaenisme jikalau tidak memahami marxisme terlebih dahulu.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan dengan alasan yang
kuat pula bahwa marhaenisme adalah marxisme yang disesuaikan dengan
kondisi dalam masyarakat Indonesia sendiri.
Ketika Soekarno mencermati marxisme, Bung Karno menemukan bahwa
marxisme terdiri dari 2 hal yang harus dibedakan ; filsafat
materialisme dan historis materialisme. Bung Karno menilai filsafat
materialisme yang atheis tidak sesuai dengan kehidupan Indonesia.
Menurut Soekarno historis-materialis me dapat digunakan sebagai metode
berpikir untuk menganalisa kehidupan sosial di Indonesia.
Historis-materialis me bukanlah merupakan ajaran atau ideologi tetapi semata-mata merupakan teori sosial yang dapat dipergunakan untuk menganalisa keadaan sosial.
Dengan menggunakan historis-materialis me sebagai pisau analisa, Bung Karno menemukan bahwa rakyat Indonesia yang sebagian besar adalah petani kecil, hidup menderita karena ditindas oleh sistem yang mengungkungnya, yaitu kolonialisme/ imperialisme bangsa asing yang merupakan anak kapitalisme, serta feodalisme bangsa Indonesia sendiri.
Akibat dari penindasan dan pemerasan dari sistem tersebut rakyat
Indonesia tidak mampu mewujudkan tuntutan budi nuraninya. Berangkat dari pemikiran itu untuk melakukan pembelaan terhadap rakyat yang tertindas maka Bung Karno melahirkan ideologi marhaenisme.
Marhaenisme adalah ideologi ajaran Bung Karno secara keseluruhan, didalam marhaenisme terkandung alur pemikiran yang konsisten, suatu ideologi yang membela rakyat dari penindasan dan pemerasan
kapitalisme, kolonialisme/ imperialisme serta feodalisme, dalam rangka membangun masyarakat adil-makmur dan beradab, bebas dari segala penindasan dan pemerasan, baik oleh bangsa atas bangsa maupun manusia atas manusia.
Marhaenisme adalah pemikiran yang murni dicetuskan oleh Bung Karno dan berangkat dari kebutuhan hidup manusia yang paling substansial dan bersifat universal, yaitu Tuntutan Budi Nurani Manusia (The Social Consience of Man), yang menghendaki terwujudnya kesejahteraan hidup manusia yang hanya dapat terpenuhi apabila telah tercipta harmonisasi antara kemerdekaan individu dan keadilan sosial.
Pada kenyataannya tuntutan tersebut tidak dapat ditemukan pada saat itu, dan keprihatinan atas permasalahan (nasib bangsa Indonesia) inilah yang merupakan titik tolak dari pengkajian Bung Karno dalam melahirkan ideologi marhaenisme. Golongan masyarakat yang miskin dan melarat inilah yang disebut Soekarno marhaen.
Rumusan marhaenisme ini dijelaskan Bung Karno sebagai berikut :
1. Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat dan negara yang didalam segala halnya menyelamatkan kaum marhaen.
2. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum marhaen pada umumnya.
3. Marhaenisme sekaligus sebagai asas dan cara perjuangan yang revolusioner menuju kepada hilangnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme.
Bung Karno juga menyebut marhaenisme merupakan sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. Hal ini menurut Soekarno dikarenakan nasionalisme kaum marhaen adalah nasionalisme yang berkeadilan sosial dan dikarenakan demokrasinya kaum marhaen adalah demokrasi yang berkeadilan sosial.
Pengertian marhaen yang merupakan asal-usul dicetuskannya ideologi marhaenisme menurut Soekarno adalah golongan masyarakat miskin yang terdiri dari tiga unsur :
1. Unsur kaum proletar Indonesia atau disebut kaum buruh.
2. Unsur kaum tani melarat Indonesia.
3. Unsur kaum masyarakat melarat Indonesia lainnya.
Soekarno juga menjelaskan golongan mana yang disebut dengan kaum
marhaenis, yakni kaum yang mengorganisir berjuta-juta kaum marhaen dan
yang bersama-sama dengan tenaga massa marhaen yang hendak menumbangkan
sistem kapitalisme, imperialisme serta kolonialisme, dan kaum yang
bersama-sama dengan marhaen membanting tulang untuk membangun negara
dan masyarakat yang kuat, bahagia-sentosa, serta adil dan makmur.
Pernyataan ini semakin ditegaskan oleh Soekarno dalam pernyataannya :
" Pokoknya, Marhaenis adalah setiap orang yang menjalankan marhaenisme seperti yang saya jelaskan. Camkan bebar-benar ! setiap kaum Marhaenis berjuang untuk kepentingan kaum marhaen dan bersama-sama dengan kaum marhaen ! "
Pandangan Soekarno yang memperlihatkan kebenciannya terhadap sistem
kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme yang dianggapnya sebagai
sumber mala petaka penyebab kemiskinan masyarakat indonesia dapat
dilihat dari petikan pidatonya yang mensyaratkan perlunya kerjasama
dengan kaum tertindas dalam merubah sistem yang eksploitatif :
" ……. Kita semua harus berjuang di tengah-tengah rakyat marhaen, membulatkan seluruh kekuatan marhaen, dan bersama-sama dengan kaum marhaen itu terus berjuang melawan kapitalisme, imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme dimanapun ia masih bercokol dan berada.
Seorang penulis Amerika Louis Fischer pernah mengumpamakan marhaenisme sebagai Smith-isme untuk masyarakat Amerika, karena di Amerika Smith adalah nama yang paling banyak dipakai oleh orang-orang kecil, dan andaikata Bung karno tidak berjalan-jalan ke Bandung Selatan tetapi di desa-desa sekitar Malang, dan ia berjumpa dengan pak Kromo atau pak Bakat maka ia tentu akan menamakan : kromo-isme atau bakat-isme.
Ketika Bung Karno akan memberi nama terhadap masyarakat Indonesia yang tertindas oleh sistem yang eksploitatif, serta nama ideologi yang telah dipikirkannya Bung Karno bertemu dengan seorang petani kecil di desa Cigalereng, Bandung Selatan bernama Marhaen.
Bagi Bung Karno, Pak Marhaen adalah simbolisasi dari lapisan
masyarakat yang merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia pada saat itu. Dia adalah seorang petani kecil yang memiliki alat produksi, bekerja dengan seluruh waktunya, tetapi tetap menderita karena hidup dalam sistem yang menindasnya.
Marhaenisme yang ditafsirkan Soekarno sendiri dapat juga dilihat dari keputusan Konfrensi Partindo pada tahun 1933 tentang marhaen dan marhaenisme yang populer:
1. Marhaenisme, yaitu sosio nasionalisme dan sosio demokrasi.
2. Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain.
3. Partindo memakai perkataan marhaen, dan tidak proletar oleh karena perkataan proletar sudah termaktub didalam perkataan marhaen, dan oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lain-lain kaum yang melarat tidak termaktub didalamnya.
4. Karena Partindo berkeyakinan, bahwa didalam perjuangan, kaum melarat menjadi elemen-elemennya (bagian-bagiannya) , maka Partindo memakai perkataan marhaen.
5. Didalam perjuangan marhaen itu maka Partindo berkeyakinan, bahwa kaum proletar mengambil bagian yang besar sekali.
6. Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang didalam segala halnya menyelamatkan marhaen.
7. Marhaenisme adalah pula cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang oleh karenanya, harus suatu cara perjuangan yang revolusioner.
8. Jadi marhaenisme adalah ; cara perjuangan dan asas yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan imperialisme.
9. Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan marhaenisme. Marhaenisme ajaran Bung Karno sebagai ideologi perjuangan bagi kaum marhaen memiliki asas perjuangan sesuai dengan watak dan karakter
ideologi marhaenisme. Perjuangan kaum marhaenis dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta beradab memerlukan suatu strategi dan cara yang disebut asas perjuangan.
Sosio nasionalisme bertujuan memperbaiki keadaan di dalam masyarakat sehingga tidak ada kaum yang tertindas, tidak ada kaum yang celaka, dan tidak ada kaum yang papa sengsara. Sosio nasionalisme bertujuan untuk mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki.
Sosio demokrasi lahir daripada sosio nasionalisme bertujuan mencari keberesan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan rezeki, dan tidak hanya mengabdi kepada kepentingan sesuatu yang kecil melainkan kepada kepentingan masyarakat.
Sosio nasionalisme adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan,
nasionalisme yang lapang dada, nasionalisme yang internasionalisme, nasionalisme yang bergetar hatinya untuk membela apabila melihat masih
ada bangsa yang terjajah. Sosio nasionalisme bukanlah nasionalisme yang berpandangan sempit dan menumbuhkan chauvinisme jingoisme, intoleran atau disebut xeno phobia. Sosio nasionalisme juga bukan nasionalisme yang hanya berorientasi pada internasionalism minded saja, tanpa memperhatikan harga diri atau identitas nasional atau
disebut xeno mania.
Bagi marhaenisme, internasionalisme harus dibarengi oleh nasionalisme atau patriotisme dan disebut sosio nasionalisme. Sosio demokrasi meliputi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik hanya akan melahirkan political power centris yang menyuburkan lairan yang berpedoman pada adagium " The survival of the fittest ", dalil sosial Darwinisme.
Demokrasi politik yang seperti ini berwatak liberalisme dan menjurus kepada free fight competition dan bertentangan dengan marhaenisme yang sosialistis. Dengan demikian demokrasi politik dan demokrasi ekonomi sejajar dengan marhaenisme. Apabila marhaenisme dikembangkan maka akan
melahirkan :
1. Sosio nasionalisme menjadi nasionalisme, perikemanusiaan. 2. Sosio demokrasi menjadi demokrasi, kedaulatan politik dan keadilan sosial.
Bung Karno dalam menjelaskan marhaenisme tidak pernah keluar dari benang merah yang telah digariskan sejak tahun 1927 tentang
marhaenisme, diantaranya :
1. Marhaen adalah kaum melarat Indonesia yang terdiri dari buruh,
tani, pengusaha kecil, pegawai kecil, tukang, kusir, dan kaum kecil
lainnya. Soekarno sering menyebutkan marhaen adalah rakyat Indonesia
yang dimiskinkan oleh imperialisme.
2. Marhaen Indonesia ada yang berdomisili di pantai, di gunung,
di dataran rendah, di kota, di desa dan dimana saja. Marhaen itu ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan ada juga yang menganut animisme. Marhaen Indonesia ada yang kyai, pastor, pendeta, biksu, mpu atau dukun di kalangan PSII, Budi Utomo, TNI, KORPRI dan dimana saja.
3. Kaum marhaen sesuai dengan kodratnya berupaya melepaskan
belenggu kemiskinan dan mengharapkan terjadinya perbaikan nasib.
4. Marhaenisme adalah ideologi yang bertujuan menghilangkan
penindasan, penghisapan, pemerasan, penganiayaan dan berupaya mencapai serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, melalui kemerdekaan nasional, melalui demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
5. Terhapusnya kemiskinan dan terwujudnya masyarakat adil dan
makmur hanya bisa dicapai dengan kemerdekaan nasional, dimana
kemerdekaan itu hanyalah jembatan emas. Di seberang jembatan emas itu terbuka dua jalan. Satu jalan menuju masyarakat yang adil dan makmur,
dan jalan satu lagi menuju masyarakat celaka dan binasa.
Marhaenisme adalah sublimasi daripada Manifesto Komunis dan
Declaration Of Independence. Dari Manifesto Komunis diambil yang baik dan yang bermanfaat bagi perkembangan umat manusia, begitu pula dengan Declaration Of Independence. Oleh karena itu konsepsi marhaenisme memadukan kebebasan manusia dan solidaritas sosial yang berdasarkan
pada nilai-nilai manusia dan kemanusiaan. Konsepsi marhaenisme adalah ideologi yang akan menggantikan ideologi komunisme dan kapitalisme.
Marhaenisme ajaran Soekarno bukanlah ` jalan ketiga ` seperti yang dicetuskan oleh Anthony Giddens, yang bertujuan untuk mendamaikan perbedaan antara 2 ideologi di Eropah antara kubu demokrasi sosial yang dinilai terlalu memberi kebebasan kepada negara untuk mengatur jalannya perekonomian masyarakat.dan kubu liberalisme yang dinilai terlalu liberal dengan politik ekonomi pasar bebas.
Ideologi ` jalan ketiga ` Giddens sangat berbeda dengan marhaenismedikarenakan ` jalan ketiga ` bukan lahir daripada antitesa terhadap kapitalisme melainkan upaya untuk mendamaikan sistem ekonomi pasar bebas dengan ekonomi demokrasi sosial. Marhaenisme lahir sebagai
sebuah antitesa atas penghisapan oleh kapitalisme dan imperialisme negara-negara maju terhadap negara-negara dunia ketiga.
Jalan ketiga dinilai banyak pihak berhubungan erat dengan
kebijakan-kebijakan neoliberal, dianggap dekat dengan
pergerakan-pergerak an sayap kanan dan dianggap sebagai upaya untuk memodernisir wacana sosialisme-demokras i di era globalisasi.
Marhaenisme menekankan pentingnya pendidikan terhadap massa marhaen sementara ` jalan ketiga ` Giddens lebih mempersiapkan kelas pekerja untuk menghadapi pasar bebas. Ideologi aIternatif atau jalan ketiga (The Third Way ) merupakan kejenuhan historis terhadap segala bentuk ideologi yang menjenterah diantara keriuhan peradaban dunia seperti sosialisme dan kapitalisme. Jalan keriga juga lahir karena peleburan cakrawala antara berbagai aliran ideologis untuk melahirkan suatu peradaban baru yang bernaung dibawah ideologi kemanusiaan.
Inti dari marhaenisme adalah untuk mengganti kapitalisme dengan segala metamorfosanya dan marhaenisme adalah ideologi kiri yang merupakan antitesa kapitalisme dan bukan ideologi kanan apalagi ` jalan ketiga `. Marhaenisme adalah ideologi yang berpijak pada nilai-nilainya sendiri bukan merupakan hasil revisi ataupun hasil damai antara kiri
dan kanan.
Visi Marhaenisme adalah terwujudnya masyarakat marhaenistis, yaiu masyarakat adil, makmur dan beradab berdasarkan kesederajadan dan kebersamaan yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan, bebas dari segala bentuk penindasan dan keterkungkungan (hegemoni), suatu
masyarakat adil dan makmur material dan spiritual.[22]
1.1 Azas
Azas adalah dasar atau " pegangan " kita yang " walau sampai lebur
kiamat " , terus menentukan " sikap " kita, terus menentukan "
duduknya nyawa kita ". Azas adalah prinsip-prinsip yang harus
dilaksanakan untuk dapat mewujudkan visi yang telah dicanangkan. Azas
Marhanisme yang merupakan hasil analisa Bung Karno dengan menggunakan
historis-materialis me adalah : Sosio-nasionalisme dan
Sosio-demokrasi. [23]
Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme yang menghendaki kesejahteraan,
nasionalisme yang berperikemanusiaan, nasionalisme yang hidup dalam
taman sarinya internasionalisme, bukan nasionalisme yang chauvinistis.
Nasionalisme yang saling menghargai antara bangsa-bangsa dalam
kesederajadan dan perdamaian abadi, sehingga tidak menghendaki
terjadinya penjajahan suatu bangsa oleh bangsa lain.
" Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang mencari selamatnya
perikemanusiaan. ... Sosio nasionalisme adalah nasionalisme Marhaen,
dan menolak tiap tindak kaum borjuisme yang menjadi sebabnya
kepincangan masyarakat itu. Jadi sosio-nasionalisme adalah
nasionalisme politik dan ekonomi,- suatu nasionalisme yang mencari
keberesan politik dan keberesan rezeki. " [24]
Sosio-demokrasi adalah demokrasi yang berkeadilan sosial, bukan
demokrasi yang sekedar mengedepankan perbedaan dan kemerdekaan
individu yang mengabaikan kebersamaan serta tegaknya keberdayaan dan
kedaulatan rakyat. Esensi dari Sosio-demokrasi adalah tegaknya
kesedrajadan dan kebersamaan yang merupakan landasan bagi terwujudnya
keberdayaan dan kedaulatan rakyat. Tujuan demokrasi adalah untuk
menciptakan kesejahteraan bersama tanpa ada penindasan manusia oleh
manusia.
" Sosio-demokrasi adalah pula demokrasi yang berdiri dengan dua-dua kakinya di dalam masyarakat. Sosio-demokrasi tidak ingin mengabdi kepentingan sesuatu gundukan kecil sahaja, tetapi kepentingan
masyarakat,- demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan
ekonomi, keberesan negeri dan rezeki. Sosio-demokrasi adalah demkrasi politik dan emokrasi ekonomi.
Marhaenisme merupakan sintesa yang lahir dari antitesa terhadap sistem yang menindas dan menyengsarakan rakyat, maka Marhaenisme memiliki sifat anti penindasan, anti terhadap kapitalisme,
kolonialisme/ imperialisme dan feodalisme maupun setiap bentuk
penindasan lainnya. Hasil penganalisaan kultural Bung Karno terhadap bangsa Indonesia membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa serta sanggup hidup berdampingan secara damai dalam pluralisme beragama. Apabila dicermati secara seksma maka kan dapat kita ketahui bahwa azas Marhaenisme tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
1.2 Azas Perjuangan Marhaenisme
Azas perjuangan adalah menentukan hukum-hukum daripada perjuangan
itu,- menetukan strategi daripada perjuangan itu. Azas perjuangan
menentukan karakter perjuangan itu, sifat-wataknya perjuangan itu,
garis-garis besar daripada perjuangan itu,- bagaimana perjuangan itu.
"Adapun asas perjuangan daripada ideologi marhaenisme adalah :[26]
· Radikal-revolusioner
· Non-kooperasi
· Machtsvorming dan machtsaanwending
· Massa aksi
· Self help
· Self reliance
Radikal-revolusione r adalah cara perjuangan untuk melakukan perubahan
secara mendasar dan cepat. Radikal revolusioner tidak ada hubungannya
dengan kekerasan, amuk-amukan, apalagi bunuh-bunuhan, tetapi cara
perjuangan yang tidak hanya tambal sulam.
Hal mendasar dari radikal-revolusione r adalah non-kooperasi.
Non-kooperasi adalah perjuangan dengan tidak melalui jalan kompromi,
bukan perjuangan meminta-minta, dan non-kooperasi ditujukan terhadap
sistem yang melakukan pemerasan dan penindasan, terhadap sistem yang
menistakan kemerdekaan individu dan keadilan sosial. Terhadap sistem
yang mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan itulah non-kooperasi
diarahkan.
Machtsvorming adalah perhimpunan kekuatan yang dilandasi satu kesatuan semangat dan cita-cita, satu penyusunan kekuatan berdasarkan mental
ideologi, dan merupakan sumber dalam menggunakan kekuatan
(machtsaanwending) dan bukan hanya himpunan orang dalam jumlah yang banyak, bukan juga himpunan yang sifatnya lahiriah.
Massa aksi adalah suatu massa aksi yang didasari pada kesadaran
bersama atas tujuan perjuangan, massa aksi bukanlan gerakan yang harus dengan jumlah besar, tetapi setiap tindakan yang dapat melahirkan kesadaran rakyat untuk menimbukan gerakan yang radikal-revolusioner. Massa aksi berbeda dengan massale aksi.
Self help adalah suatu gerakan yang tidak bergantung kepada kekuatan sesuatu pihak melainkan harus berdasarkan kekuatan sendiri. Dengan menggantungkan diri pada pihak lain maka dapat membuka peluang terhadap pihak lawan untuk mengkooptasi (membelokan gerakan dengan niat buruk) gerakan. Dengan dasar self help, suatu gerakan akan memiliki self reliance (kepercayaan diri).
Asas perjuangan dari marhaenisme tersebut mengandung 3 misi utama bagi
kaum marhaenis Indonesia, yakni :
1. Membangun kesadaran rakyat atas penderitaan serta sebab-sebab yang mengakibatkan penderitaannya.
2. Membangun kekuatan kaum marhaen dan marhaenis agar dapat menjadi subjek sosial-politik yang menentukan tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Menggalang kekuatan progressif-revolusi oner, yaitu semua kekuatan yang mendukung tercapainya revolusi Indonesia sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Kekuatan progressif-revolusi oner adalah kekuatan yang berpikiran maju
ke arah tujuan revolusi Indonesia, yaitu terwujudnya masyarakat adil
dan beradab, masyarakat tanpa penindasan dan pemerasan oleh manusia
atas manusia maupun bangsa atas bangsa. Tujuan revolusi ini hanya kan
dapat dicapai melalui tiga tahapan revolusi, yang oleh Bung Karno
disebut " Tiga Kerangka Revolusi ", yaitu :[28]
1. Kemerdekaan penuh/Nasional- demokratis.
2. Sosialisme Indonesia.
3. Dunia baru yang adil dan beradab.
Untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki tersebut, maka Indonesia harus
menyelenggarakan pembangunan : [29]
1. State Building (mempertanyakan Negara Kesatuan Republik Indonesia )
2. Nation and character Building (pembangunan karakter bangsa)
3. Social and economic developing building (pembangunan social ekonomi)
Yuyung Rizka Anes Wari dan 36 orang lainnya menyukai ini.
Kirito San
Sekarang harus di terapkan kembali Marhaennisme Di indonesia
1 · Sembunyikan · 2 Juni 2015
Raden Singgih
Saya bisa kutip pesan bung karno ini sangat jelas bahwa negara pembawa perdamaian nanti adalah kita indonesia. Balik ke kita sendiri beranikah kita melawan paham" kapitalis matrealis dll yg bertentangan dengan marhaenisme di negara kita ini!!!
Seandainya kita indonesia bisa yakin kita lah para pejuang" manusia akhir jaman itu
Dan kita pasti merubah dunia
Inilah mimpi sang penyatu kita bung karno
2 · Sembunyikan · 27 April 2015
Indra Saputra
mulai sekarang kita kobarkan semngat api kita demi indonesia yg bih baik ..krna 20 tahun lgi kitalah penerus bngsa ini .. ideologi marhenisme bisa kira pakai ketika kita semua terjun dlm dunia pemerintahan n kita gunankan untuk mlwan orang2 yg nantinya tdak pro terhadap kepentingan rakyat n tdak adil pada rakyat .. kalau bukan kita siapa lagi saudara"ku . kita kemblikan nilai2 pancasila yg sebenarnya . merdeka merdeka merdeka
Sembunyikan · 9 Desember 2015
Wahyudi Kurniandaru
Sekarang susah cari pemimpin yg pemikiran nya sepert sokarno. Semua mementingkan dirinya sendiri
1 · Sembunyikan · 31 Agustus 2015
'Anaz Fathur Rochman
Hidupkan kembali
1 · Sembunyikan · 15 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar